Selasa, 11 Januari 2011

DAMPAK GIZI BURUK BAGI ANAK-ANAK

DAMPAK GIZI BURUK BAGI ANAK-ANAK
PENERUS BANGSA.

     Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya  antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas SDM, terutama yang terkait dengan kecerdasan, produktifitas dan kreatifitas. Oleh karena itu keseimbangan gizi dalam setiap orang harus selalu diperhatikan dengan serius.
   Krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997 membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan rakyat Indonesia, terutama bagi kalangan menengah kebawah. Akibat krisis moneter, harga berbagai kebutuhan pokok terus melonjak. Hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat tajam. Dampak beruntun dari krisis moneter, meningkatnya harga kebutuhan pokok serta kemiskinan yang kian merajalela berimbas pada perubahan pola konsumsi masyarakat (dalam hal ini mengarah pada penurunan). Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan ketahanan pangan masyarakat anjlok.
        Dewasa ini, harga sembako seperti beras, kedelai dan minyak goreng  semakin hari semakin tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat. Akibatnya, prahara kekurangan pangan dan gizi buruk merebak di berbagai daerah. Berita tentang adanya sejumlah rakyat yang kelaparan, lumpuh layu dan bunuh diri lantaran tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok menghiasi media massa hampir setiap hari. Penderita gizi buruk semakin bertambah. Jika pada tahun 2005 anak balita yang menderita gizi buruk sebanyak 1,8 juta jiwa, pada tahun 2007 menjadi 5 juta jiwa. Ini menunjukkan bahwa dalam 2 tahun tersebut penderita gizi buruk di Indonesia meningkat dengan sangat drastis.
          Dalam essai ini akan dibahas mengenai definisi dari gizi buruk, gambaran tentang penerus bangsa yang berkualitas, dampak gizi buruk bagi anak yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, dampak gangguan perkembangan otak terhadap kualitas penerus bangsa dan cara-cara penanggulangan dari gizi buruk tersebut.            
          Kasus gizi buruk trutama banyak terjadi pada anak-anak yang akan berpengaruh pada masa depan mereka, karena gizi buruk akan menyebabkan anak akan menjadi lemes, lesu, malas beraktifitas, malas untuk berfikir, bahkan kematian pada balita dan banyak lagi selain itu. Kasus ini terlihat biasa dan sering diremehkan oleh si penderita maupun orang tua mereka, karena kurangnya pengetahuan mereka tentang gizi buruk maupun dampaknya. Sehingga disini diharapkan peran pemerintah, instansi kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai gizi buruk tersebut.
           Definisi dari gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus  dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Bila jumlah asupan zat gizinya sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh disebut seimbang (gizi baik), tetapi bila asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh rebih rendah maka disebut gizi kurang, sedangkan bila asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sangat kurang disebut gizi buruk. Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur yang berbeda.
           Seperti yang disebutkan diatas gejala gizi buruk ada tiga yaitu marasmus, kwashiorkhor dan marasmik kwashiorkor. Marasmus memiliki ciri-ciri seperti anak sangat kurus, wajah seperti orangtua, cengeng dan rewel, rambut tipis, jarang, kusam, kulit keriput
tulang iga tampak jelas, pantat kendur dan keriput, perut cekung. Kwashiorkor memiliki ciri-ciri seperti wajah bulat dan sembab, cengeng dan rewel, apatis rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit kedua punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat. Marasmik kwashiorkhor ciri-cirinya adalah sangat kurus, rambut jagung dan mudah rontok, perut buncit, punggung kaki bengkak, cengeng.
         Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distrubusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan pola makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan di konsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim.
          Gambaran mengenai penerus bangsa yang sehat dan berkualitas salah satunya yaitu memilki asupan gizi yang cukup dan stabil, ini bisa kita lihat dari tubuh yang tidak kurus dan tidak gemuk Anak pada usia 0-6 tahun dapat dengan mudah menyerap apa yang diajarkan oleh orang-orang disekelilingnya, baik keluarga maupun lingkungannya. Pada usia ini kepribadian, watak, dan intelegensia seorang anak dapat terbentuk. Oleh karena itu kita sebagai orang yang akan diteladani oleh anak harus menjaga sikap kita supaya kita bisa memberikan yang terbaik. Melihat begitu pentingnya pengembangan watak, kepribadian, serta intelegensia anak pada usia itu, maka sudah seharusnya seorang anak dididik dengan baik, baik oleh keluarga maupun lingkungannya.
           Cara terbaik untuk mendidik anak pada usia tersebut adalah sesuai dengan aspek-aspek perkembangan yang akan dan mesti dilalui anak. Mulai dari materi yang terkait dengan perkembangan keimanan dan ketakwaan pada tuhan, materi yang terkait dengan perkembangan kognitif anak, sepert logika-logika, cara berpikir dan mengerjakan sesuatu dengan benar. (Ali Nugraha: 2008). Orang-orang dari keluarga manapun berbondong-bondong membawa anak-anaknya yang masih balita ke playgroup-playgorup dan Taman Kanak-kanak dengan biaya yang mahal demi kecerdasan intelektual dan emosional sang anak. Hal seperti ini perlu dilakukan oleh orang tua maupun keluarga untuk menghasilkan keperibadian anak yang diharapkan.
        Kasus gizi buruk ini sering diremehkan oleh penderita atau pihak keluarga dari penderita tanpa melihat dampak yang dapat ditimbulkan. Salah satu dampak yang ditimbulkan yaitu dapat mengancam dari nasib masa depan anak, menurut Guru Besar Ilmu Gizi IPB, Pof DR dr Darwin Karyadi saat menjadi pemakalah dalam Seminar Mencegah Generasi Hilang Anak Bangsa di Padang, Rabu (13/6); menyampaikan sekitar 32 juta anak Indonesia terancam masuk kategori “generasi hilang anak bangsa” yang kini hidup dalam keluarga miskin dan mengalami berbagai penyakit akibat kekurangan gizi sebagai dampak krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Data itu berdasarkan penelitian UNICEF di Indonesia dan BPS yang dipicu faktor-faktor sosial, ekonomi dan keamanan yang terjadi sebagai dampak imbas krisis.
           Anak bangsa tersebut kini terancam kelaparan disertai serangan diare dan infeksi saluran pernapasan yang berpotensi kematian. Kalaupun lolos dari kematian, mereka justru tumbuh menjadi manusia bodoh karena kondisi masa kecil menyebabkan tingkat intelek mereka turun 10 hingga 15 point IQ dengan konsekuensi resiko tidak mampu mengadopsi menangkap ilmu pengetahuan. Daya pikr mereka sangat lemah akibat defisiensi atau kekurangan berbagai mikro nutrient seperti yodium, Fe dan KEP(Kurang Enegi Protein) sebagai unsur makanan bergizi, namun gizi tersebut tidak mereka dapatkan semasa balita. Sedangkan penyakit yang rawan bagi mereka adalah diabetes (kencing manis) dan penyakit jantung koroner. Kondisi generasi seperti itu akan menjadi beban sosial bagi bangsa dan negara di masa depan, karena Indonesia akan kekurangan generasi penerus pembangunan bangsa dengan memiliki SDM berkualitas.
         Dampak yang paling parah dari gizi buruk ini adalah bisa menyebabkan kematian, terutama pada balita yang menderita gizi buruk tersebut. Jumlah kasus gizi buruk yang meninggal dunia dilaporkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2005 adalah 286 balita. Kasus gizi buruk yang meninggal tersebut pada umumnya disertai dengan penyakit infeksi seperti ISPA, diare, TB, campak dan malaria. Jumlah kasus gizi buruk yang meninggal tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 107 kasus, selanjutnya pada bulan-bulan berikutnya kasus gizi buruk yang meninggal cenderung menurun, bahkan pada bulan Nopember tidak ada laporan kasus gizi buruk yang meninggal dunia. Dari kenyataan itulah pemerintah harus mengambil tindakan. Karena sudah kewajiban pemerintah untuk memperhatikan semua masalah yang sedang dihadapi oleh Negara ini.
Pemecahan masalah gizi yang pernah dilakukan pemerintah sejak pelita I sampai dengan pelita V, masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat di Indonesia adalah berturut-turut KEP (Kurang Energi Protein), KVA (kurang vitamin A), AGB (Anemia Gizi Besi), dan GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium). Hal tersebut berarti terdapat urutan prioritas masalah gizi yang harus ditangani pemerintah, karena dampak gangguan fisik yang ditimbulkannya. Pada saat itu (pelita I-V)  berbagai instrumen telah digunakan untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat, terutama melalui Posyandu, UPGK maupun PKK. Sebagai bukti keberhasilan penerapan instrumen tersebut, ditunjukkan oleh survei nasional vitamin A tahun l987 dan susenas tahun 1992 bahwa telah terjadi penurunan prevalensi KEP dari 18,9% menjadi 11,8%.
        Selain dari usaha-usaha yang pernah dilakukan secara nyata, pemerintah juga harus merencanakan cara penanggulangan yang terprogram, karena kasus ini tidaka akan bias berhenti begitu saja. Secara nasional upaya pencegahan gizi buruk dibagi menjadi 3 tahap yaitu yang pertama, Jangka Pendek untuk Tanggap Darurat dimana menerapkan prosedur tatalaksana penanggulangan gizi buruk, yaitu melaksanakan sistem kewaspadaan dini secara intensif, pelacakan kasus dan penemuan kasus baru. Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan Puskesmas dan di Rumah Sakit. Melakukan pencegahan meluasnya kasuskoordinasi lintas program dan lintas sektor. Memberikan bantuan pangan, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan.
        Kedua yaitu Rencana Jangka Menengah dimana Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 –2009 seperti Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan termasuk tata laksana gizi buruk bagi petugas rumah sakit dan puskesmas perawatan, dan lainnya.
        Ketiga yaitu Rencana Jangka Panjang seperti meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan pendidikan terutama pendidikan wanita, pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi, yaitu; menimbang berat badan secara teratur, makan beraneka ragam setiap hari, hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan, memberikan MPASI setelah usia 6 bulan, menyusui diteruskan sampai usia 2 tahun. Menggunakan garam beryodium dan memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe) kepada anggota keluarga yang memerlukan.
          Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah gizi buruk ini bukanlah masalah yang sangat berat atau sulit untuk mencegahnya. Namun hal yang dibutuhkan adalah kesadaran dari setiap orang,  terutama orang tua yang sangat berperan penting dalam pembiasaan pemenuhan gizi dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Dengan begitu ketika setiap orang telah dibiasakan dengan menu makanan sehat dan bergizi sejak dini, ini akan mengurangi dampak penderita gizi buruk. Dan ini juga membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam bidang kesehatan untuk membantu menyadarkan setiap orang mengenai gizi dengan cara melakukan penyuluhan maupun pemberitahuan langsung di rumah sakit dan di puskesmas.
        Dan juga apabila gejala-gejala gizi buruk ini sudah terlihat pada diri sendiri maupun orang lain seperti gejala marasmus, kwasirkhor maupun marasmik kwasiorkhor, maka diharapkan untuk segera ditindaklanjuti ke rumah sakit, puskesmas maupun ke tempat pelayanan kesehatan agar kasus gizi buruk tersebut dapat cepat ditangani sebelum terlambat, karena apabila sudah terlambat maka akan berakibat fatal. Dampak terjadinya permasalahan pemenuhan kebutuhan gizi di Indonesia yang paling buruk adalah kematian, namun selain itu gizi buruk juga menyebabkan kehilangan generasi penerus bangsa yang bisa diharapkan untuk melanjutkan tombak perjuangan bangasa atau lebih dikenal dengan istilah Lost Generation.




`DAFTAR PUSTAKA



Anonymous, Perkembangan Penanggulangan Gizi Buruk di Indonesia, http://www.wikipedia.com, Akses Desember 2005

Anonymous, Selamatkan Generasi Penerus Bangsa, http://aquperempuan.blogspot.com, Akses 23 Oktober 2009

Chaves A; Martinez C; Soberanesl B, Dampak malnutrisi pada pemberdayaan manusia, http://www.unu.edu, Akses 2009

Djaelani A, 2006, Dan Rakyat, Ilmu Gizi, Jakarta

Fatmawati, Gizi Bruk dan Masa Depan Bangsa, http://www.republika.co.id, Akses 1 Maret 2006

Noer muhammad,  Anak Jalanan, http://www.docstoc.com, Akses 17 Maret 2010

Nurpudji A, Kontroversi Seputar Gizi Buruk, http://www.gizi.net, Akses 2007

Siswono, Gizi Buruk Berdampak Loss Generation, http://www.nttonlinenews.com, Akses 01 Agustus 2001